Skip to main content

Kekasih. Iya, itu judul lagunya

Tadi rencananya mau bersih-bersih flashdisk lama yang kayaknya bisa dimanfaatkan untuk menyimpan data2 baru. Maklum saya itu ngetop ngirit a.k.a pelit.

Sambil ngerampungin kerja, sempatin hapus sana hapus sini hingga tersisa beberapa data terpenting saja. Eh, nemu folder music.. eh nemu lagu ini. Lagu lama sih, punya Oom Pance Pondaag,  Stt.. saya suka banget lagu ini.. Hee..



Masih ingin ku lihat lagi senyum di bibirmu
Simpatikku pada dirimu berawal di sini
Kekasih memang kau berbeda dari sekian banyaknya
Akupun ikut merasakan hangat pribadi dirimu

Salahkah bila malam ini aku mengakui
Jatuh cinta kepadamu
Bolehkah bila malam ini ingin ku katakan
Aku cinta kepadamu

Tak pernah aku membayangkan kau akan hadir di sini
Membuka kerinduan ini memandang wajahmu
Kekasih memang kau lain diantara segalanya
Kau bawa aku mengembara di alam mimpi yang indah

Salahkah bila malam ini aku mengakui
Jatuh cinta kepadamu
Bolehkah bila malam ini ingin ku katakan
Aku cinta kepadamu.

...

Hmm.. Beberapa waktu ini lembur kerja sampe sore terus, tidak apa2 sih cuma jadi kurang waktu lama ngobrol2 sama istri. Untung nemu lagu ini tadi,  sori ya bu saya sering sibuk.




Hmm.. jadi kembali teringat kenapa aku akhirnya memberikan hati ini padamu.. :)

Comments

Popular posts from this blog

Dear bibeh...

Dear bibeh, Mungkin aneh ya, menulis surat beginian di weblog. Tapi itu lebih asik daripada mengirimkannya lewat sms. Dikau tau kan sms itu aslinya untuk apa? sejarahnya dulu SMS itu kependekan dari short message service atawa layanan pesan pendek. Teknologi untuk bertukar pesan singkat, tapi sekarang orang2 pada ga paham maksud munculnya teknologi sms, taunya kirim pesan, perkara pendek lah panjang lah yang penting pesan.. itulah kenapa aku (sebelumnya) ga pernah jarang nulis pesan panjang di sms. Nyalahi sejarah. Hadeeh malah nyasar ne.. Beibs.. masih ingat banget kan? Pas jam segini, pas dua tahun lalu. Pas sebelumnya aku terbangun dengan perasaan campur aduk seperti sop buah. Hmmm.. yah mau kutulis apalagi ya karena memang demikian. Campur aduk itu mungkin lebih tepatnya karena pagi itu begitu grogi. Yah, bagaimana tidak grogi. Jam 10 tepat nanti aku harus berucap janji di hadapan alam raya dan segala isinya untuk setia padamu. It's about love and you Hmmm.. hehehe..

Aku, Bapak dan Nyepi

Tahun ini Nyepi pertama tanpa hadirnya sosok bapak. Sosok yang selalu mengingatkanku akan keberanian, kecepatan dan kesempurnaan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Aku mungkin satu-satunya anak di bumi yang tak pernah sekalipun merasakan amarah seorang ayah. Bukan karena aku baik, bukan karena aku penurut. Masa kecilku hingga saat ini tak pernah berubah. Aku ini pemberontak, pembangkang, pemalas, lamban, suka menentang, dan parahnya aku menikmati itu semua. Mungkin karena itu, bapak dahulu lebih suka menasehatiku dengan perilaku. Saat aku tak bisa bangun pagi, bapak sudah duduk di teras, membaca kedaulatan rakyat, ditemani segelas teh panas dan beberapa potong ubi rebus. Kadangkala bapak sengaja memanggilku keras, "Yud.. sekolahmu masuk koran nih.. eh.. nanti sore PSS tanding yaa.. ?!" Anaknya yang tak tau malu ini biasanya langsung meloncat, cuci muka sekedarnya dan langsung ikutan menyikat koran dan ubi rebus yang tinggal satu.

Taman Lampion di Monjali

Akhirnya, setelah beberapa kali hanya sekedar lewat, kemaren sabtu di malam hari (baca: malam minggu) bisa menyempatkan diri juga ke tempat wisata unik. Jogja memang ngetop kalau masalah unik. Apa saja bisa jadi tempat wisata. Dan selalu saja ada ide kreatif untuk membangun tempat menjadi lahan wisata. Kali ini target tujuan kami adalah Monumen Jogja Kembali. Ke Monjali? Di Malam Hari? yang bener saja...? Iya, bener.. ini buktinya.. :) Monumen Jogja Kembali (di Jogja dipanggil Monjali) memang biasanya tidak dibuka sampai malam. Kalau kenapanya, ya mungkin anda harus menonton Night at The Museum dulu.. hehe..