Skip to main content

Aku, Bapak dan Nyepi

Tahun ini Nyepi pertama tanpa hadirnya sosok bapak. Sosok yang selalu mengingatkanku akan keberanian, kecepatan dan kesempurnaan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.

Aku mungkin satu-satunya anak di bumi yang tak pernah sekalipun merasakan amarah seorang ayah. Bukan karena aku baik, bukan karena aku penurut. Masa kecilku hingga saat ini tak pernah berubah. Aku ini pemberontak, pembangkang, pemalas, lamban, suka menentang, dan parahnya aku menikmati itu semua.

Mungkin karena itu, bapak dahulu lebih suka menasehatiku dengan perilaku. Saat aku tak bisa bangun pagi, bapak sudah duduk di teras, membaca kedaulatan rakyat, ditemani segelas teh panas dan beberapa potong ubi rebus. Kadangkala bapak sengaja memanggilku keras, "Yud.. sekolahmu masuk koran nih.. eh.. nanti sore PSS tanding yaa.. ?!"
Anaknya yang tak tau malu ini biasanya langsung meloncat, cuci muka sekedarnya dan langsung ikutan menyikat koran dan ubi rebus yang tinggal satu.

Suatu ketika sepeda kayuhku berbalut debu bak mobil tentara. Kehujanan, kepanasan, aku diemin entah berapa lama. Bapak hanya meraih kain bekas, mengusap-usap sepedaku.. hendak menyulapnya menjadi kembali terang sambil bilang, "sepeda ini membantumu untuk belajar, mestinya dirawat, dibersihkan, biar tidak merepotkan kalau di jalan.."
Aku gak menjawab, hanya tiba-tiba muncul perasaan malu lalu ikutan meraih kain lap dan mulai membantu membersihkan stang.

Masa remajaku jarang ngobrol serius dengan bapak. Hanya sepintas lalu bercanda atau debat kecil masalah jalan yang aku tempuh.

"Urip iku mung mampir ngombe yud.. (hidup itu cuma mampir minum, yud)", suatu ketika pas aku, bapak dan ibu ngobrol di teras rumah.

"Nggih pak, nanging maem rumiyin nggih.. hehe.. (iya pak, tapi setelah makan dulu ya.. hehe..)"
Kami tertawa lepas, dasar anak tak tau diri pikirku.
"Hidup itu cuma mampir minum, tapi bukan sekedar minuman yang ada di depanmu itu. Kenapa kok mampir minum dan bukan mampir makan. Karena orang lebih bisa bertahan tanpa makan. tidak tanpa minum. Kamu harus berhati2 memilih minuman. Ada yang menyegarkan, ada yang memabukkan. Ada yang menyadarkanmu ada yang membingungkanmu. Semua minuman ada di dunia ini yud, kamu berhak memilih, dan kamu wajib bertanggung jawab dengan yang kamu pilih.."

"Kalau begitu aku gak akan memilih kok pak.." Jawabku sekenanya.
"Hidup itu pilihan, dan hanya yang berani memilih yang sukses menjalani hidup"

"Lah, kalau nanti salah pilih malah repot pak, mendingan gak usah milih kan?", logis, pikirku. Kadangkala kita akan bertemu masalah yang besar jika memilih sesuatu. Lain halnya jika tidak memilih. Tidak ikut2an itu aman.

"Kamu itu hanya suka mencari aman kan.. tapi tanggung jawab tetap mengikutimu.. baik kamu memilih ataupun tidak, baik memilih A atau B. Kalau bapak pasti memilih. Setidaknya bapak punya keberanian memutuskan. Jadi merasa mantap menjalankan kewajiban. karena haknya sudah kita pilih"

"Ah.. untuk apa pak menunjukkan keberanian. Hidup itu kan harus dinikmati pak, bukan berani-beranian"
kadangkala kalau ingat masa-masa seperti itu, aku agak menyesal, suka menentang bapak dengan kalimat-kalimat sok logis-ku.

"Keberanian itu bukan masalah ini Yud.. " kata bapak sambil mengepalkan tangan,
"... tapi masalah ini !", kepalan tangan bapak mengarah ke dada dan menunjuk ke ke keningnnya.
"Keberanian itu masalah hati, rasa dan pikiran jernih"

"Hidup itu harus berani, berani menjalankan kewajiban masing-masing, jalankan swadharma, kamu jadi apa sekarang, itu yang harus dijalani dengan tanggung jawab.. bukan dihindari"
"Apa yang kita lalukan, itu pasti membuahkan hasil, kau jadi apa sekarang, pasti kewajiban mengikutimu.. sudah seperti itu hukumnya, yang bapak yakini ini langgeng yud.. bukan omong kosong.. ya itulah hidup, kamu harus berani memilih, dan berani menjalankan pilihanmu"

"Nggih pak, saya tau kok.. tapi ya saya bisanya pelan-pelan"

"Ya.. ya.. itu kan memang gayamu.. apa kalau bahasa sekarang.. low profile ya! Hmm, Bapak dulu memimpikan kamu bener bener menjadi wahyudhi hatmoko seperti di foto yang bapak punya.."

"Ah, bapak cuma mau membandingkan aku dengan foto pak tentara itu kan"

"Kamu gak tau sih.. mayor wahyudi hatmoko itu dulunya tegap, gagah, tinggi besar, dihormati banyak anak buah, bapak lihat pas dia tarik tambang.. wahh bener2 perwira jagoan Yud.."
"Jadi bapak pengen saya jago tarik tambang?"

"Jiaah dasar, yo kalau kamu mau bapak bisa masukkan kamu ke AKABRI, biar jadi perwira seperti cita2 bapak itu.."

"Ah.. itu kan wahyudi pak.. bukan wahyudhi, aku itu paling ga bisa pak dengan dunia militer, tau sendiri kan kadang anak buah menghormati pimpinan itu bukan karena pengen hormat, tapi karena takut..."

"Ya, bapak kan pengen kamu jadi perwira yang tidak seperti itu.. Jadilah perwira yang tangguh, pemberani..”

"Tapi saya memang ga seperti itu pak.. mana kerempeng begini.."

"Ya sudah, itu kan pilihanmu, jalanilah, walaupun bapak masih memimpikan punya anak bisa masuk perwira seperti mayor wahyudi hatmoko.."

"Bapak ngefans banget ya sama orang itu?"
"Ya!"

"Sukurlah dulu bapak tidak ngefans dengan Oma Ir*ma"

Hehe.. kadang dengan obrolan seperti itu sore kami jauh lebih panjang dari masa sore siapapun juga.

Hindu itu jalan hidup. Kenapa? hinduisme bukan masalah rupa, tapi rasa. Suatu masa bapak pernah bilang. Rasa batin itu tak bisa ditolak, atau tak bisa didikte siapapun. Belajarlah mengikuti kata hati. Karena itu yang terbaik untuk hidup.

Suara hati nurani itu muncul saat kita tenang, saat kita bisa mengendalikan diri. Mendengarkan kata hati itu bukan masalah keharusan, tapi kebutuhan, keinginan.
Jika kamu ingin, ya dengarkan, jika tidak ya terserah.. lagi-lagi, hidup itu pilihan, semua ada sebab akibatnya.
Bapak memang tak pernah letih, selalu berusaha menumbuhkan rasa dewasa pada anak pemalasnya.


Saat nyepi tiba, suasana lingkungan tidak sesepi di Bali. Dulu aku sering protes, kenapa ya, di sini tidak bisa seperti di Bali. Bahkan yang paling aku ingat, pas liburan Nyepi eh pas pemilu juga.. bukannya spanduk selamat Hari Raya Nyepi yang muncul, tapi pas libur Nyepi masih aja ada jadwal kampanye, jadwal musik acak kenalpot motor yang menderu2..

Yaa gak papa sih.. itu kenalpot-kenalpot mereka sendiri kok.. tapi ini kan suasanya Nyepi, agenda agama nasional, di mana sih rasa empati, di mana... di mana.. ah sudahlah.

"Le, sepi itu bukan masalah suasana di luar, tapi lebih utama suasana di dalam, di hati.. dengan sepinya hati, tak ada prasangka, kita menemukan jati diri, bisa memahami orang lain".

"Tapi, apa orang lain memahami kita pak?"
"Jika saja harus ada musuh, musuh yang paling hebat itu diri kita sendiri, kalahkan dirimu.. jika sudah seperti itu, apa perlu melihat orang lain?"

"Ya, tapi jika saja saya bisa, lalu orang lain tidak melakukan.. apa ya masih bisa hidup tentram?"

"Ketentraman itu urusan diri sendiri, tidak ada hubungannya dengan orang lain, hanya diri kita yang bisa membuat kitra tentam.. Jika kita sudah tentram, pasti orang-orang disekitar kita juga merasa nyaman.. ya semoga saja pada saatnya nanti semakin banyak yang bisa menentramkan diri sendiri, karena hanya dengan begitu alam raya ini ikut tentram"

Nyepi tahun lalu masih sempat ketemu bapak dengan balutan busana Jawa kesayangannya. Bersembahyang itu keindahan, keindahan untuk menjadi diri sendiri.

"Orang Jawa, jangan sampai kehilangan Jawanya Yud..", katanya suatu waktu. Itu pulalah yang selalu mengingatkanku bahwa rupa itu penting, tapi rasa itu yang utama. Jalani swadharma dengan penuh rasa mendalam. Bukan karena ikut-ikutan. Bukan karena gaya-gayaan. Atau bukan karena tuntutan jaman.

Sudah begitu lama ga ngobrol serius dengan bapak. Sudah begitu lama. Terakhir yang aku ingat adalah, saat bapak dan ibu pamit dari rumah. Aku dan istri mengantarkan sampai tepi jalan depan rumah.
"Bapak bener2 senang melihat kalian hidup rukun, rumah sudah bagus begini, … jangan lupa, pagar ini diminyaki biar suaranya ga rame kayak gini.."

Pesan yang simpel. Ga rame itu indah.

Maafkan aku Tuhan, aku tak pernah bersimpuh di kaki bapak untuk hanya sekedar mengucap selamat tahun baru atau maaf lahir batin. Jangankan bersimpuh, memeluknya aja jarang. Aku tak selalu mengiyakan nasehatnya. Tapi aku selalu melihat langkahnya. Selalu ingin meniru kesantunan dan kesimpelannya, walau aku mungkin tak pernah bisa melebihinya.

Semoga bapak Engkau terima dengan kesungguhan jiwa Tuhan.

Nyepi ini terasa tentram, semoga aku bisa melanjutkan tujuan dan pesanmu, Semoga damai dan tentram langkahmu pak..

Matur sembah nuwun pak, maturnuwun Gusti.
Shanti Om.

Comments

Popular posts from this blog

Dear bibeh...

Dear bibeh, Mungkin aneh ya, menulis surat beginian di weblog. Tapi itu lebih asik daripada mengirimkannya lewat sms. Dikau tau kan sms itu aslinya untuk apa? sejarahnya dulu SMS itu kependekan dari short message service atawa layanan pesan pendek. Teknologi untuk bertukar pesan singkat, tapi sekarang orang2 pada ga paham maksud munculnya teknologi sms, taunya kirim pesan, perkara pendek lah panjang lah yang penting pesan.. itulah kenapa aku (sebelumnya) ga pernah jarang nulis pesan panjang di sms. Nyalahi sejarah. Hadeeh malah nyasar ne.. Beibs.. masih ingat banget kan? Pas jam segini, pas dua tahun lalu. Pas sebelumnya aku terbangun dengan perasaan campur aduk seperti sop buah. Hmmm.. yah mau kutulis apalagi ya karena memang demikian. Campur aduk itu mungkin lebih tepatnya karena pagi itu begitu grogi. Yah, bagaimana tidak grogi. Jam 10 tepat nanti aku harus berucap janji di hadapan alam raya dan segala isinya untuk setia padamu. It's about love and you Hmmm.. hehehe..

Taman Lampion di Monjali

Akhirnya, setelah beberapa kali hanya sekedar lewat, kemaren sabtu di malam hari (baca: malam minggu) bisa menyempatkan diri juga ke tempat wisata unik. Jogja memang ngetop kalau masalah unik. Apa saja bisa jadi tempat wisata. Dan selalu saja ada ide kreatif untuk membangun tempat menjadi lahan wisata. Kali ini target tujuan kami adalah Monumen Jogja Kembali. Ke Monjali? Di Malam Hari? yang bener saja...? Iya, bener.. ini buktinya.. :) Monumen Jogja Kembali (di Jogja dipanggil Monjali) memang biasanya tidak dibuka sampai malam. Kalau kenapanya, ya mungkin anda harus menonton Night at The Museum dulu.. hehe..